Senin, 12 Maret 2012

ISU-ISU KRITIS PROGRAM AKSELERASI BAGI ANAK BERBAKAT

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan antara lain bahwa "warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus" (Pasal 5, ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa "setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal 12, ayat 1b). Hal ini pasti merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Selanjutnya anak-anak berbakat ini dalam istilah perundang-undangan disebut sebagai anak Cerdas Istimewa dan Bakat Istimewa (CIBI).
Berkaitan dengan layanan pendidikan anak berbakat ini pemerintah menggulirkan program akselerasi. Program akselerasi memberikan kesempatan bagi para anak berbakat dalam percepatan waktu belajar dari enam tahun menjadi lima tahun pada jenjang SD dan tiga tahun menjadi dua tahun pada jenjang SMP dan SMA. Tujuan umum program ini adalah memberikan layanan kebutuhan peserta didik yang memiliki karakteristik khusus pada segi potensi intelektual dan bakat istimewa agar terlayani sesuai bakat, minat, dan kemampuann Program akselerasi memiliki muatan positif pada pendidikan secara umum. Karena menawarkan suatu diferensiasi model pendidikan dengan menempatkan anak didik sesuai kemampuannya.



 http://3.bp.blogspot.com/-ipy_RdIsSLY/T1rDUGE7tPI/AAAAAAAAARg/12aSc00uSks/s200/icon-pdf.png
Anda dapat juga membaca dan mengunduh "ISU-ISU KRITIS PROGRAM AKSELERASI BAGI ANAK BERBAKAT" dalam format pdf.

Sabtu, 10 Maret 2012

ASESMEN AREA KEBUTUHAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN



Tulisan oleh : Iim Imandala, MPd


Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh berbagai factor, salah satunya adalah pembelajaran itu sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan peserta didik/siswa, tidak terkecuali terhadap anak-anak berkebutuhan khusus. Terlebih kepada anak berkebutuhan khusus yang jelas-jelas berbeda dengan anak pada umumnya maka kesesuaian materi, metode, indicator, penggunaan alat/media, system penilaian dll, sangatlah berpengaruh pada keberhasilan belajarnya.

Lalu, bagaimanakah caranya pembelajaran itu sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan anak berkebutuhan khusus? Carannya adalah sebelum pembelajaran dimulai sebaiknya guru telah memiliki data/profil kemampuan anak yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan. Untuk memperoleh data tersebut guru harus harus melakukan asesmen. Tidak mungking seorang guru memberikan materi yang tepat tanpa mengetahui data kemampuan apa yang sudah dan belum dimiliki serta kebeutuhan belajar muridnya.
Teks lengkap:





Anda dapat juga membaca dan mengunduh"ASESMEN AREA KEBUTUHAN MOTORIK KASAR ANAK TUNAGRAHITA RINGAN" dalam format pdf.

Semoga bermanfaat.

Rabu, 03 Maret 2010

Rancangan Pembelajaran Bagi Anak Berbakat (Gifted Child) Dalam Setting Iinklusif

inklusif

Oleh: IIM IMANDALA *

A. Pendahuluan

Di dalam kelas yang beragam tentunya kita akan menemukan pula keberagaman kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa. Kita akan menjumpai siswa yang memiliki kemampuan belajar yang lebih baik dalam beberapa mata pelajaran dibanding teman-temannya, ada pula yang prestasi belajarnya rendah, bahkan mungkin kita akan menjumpai siswa yang memiliki minat hanya pada satu pelajaran saja serta ia sangat berprestasi dalam pelajaran itu.

Keberagaman itu sering luput dari perhatian guru. Guru lebih memilih melakukan pembelajaran dengan cara atau metode yang sama untuk semua anak. Padahal satu cara itu tidak mungkin memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajar siswa dalam satu kelas yang begitu beragam.

Tidak terpenuhinya kebutuhan dan kemampuan belajar yang dimiliki oleh siswa akan menimbulkan berbagai dampak, diantaranya potensi belajar tidak berkembang secara optimal, menimbulkan perilaku yang mengganggu suasana kelas, rendah motivasi, dan lain-lain. Munculnya dampak tersebut sering ditanggapi oleh guru sebagai hal yang negatif sehingga upaya yang dilakukan untuk mengatasinya tidak menyentuh pada “akar” permasalahan. Upaya yang tidak tepat dapat merugikan semua siswa. Misalnya, siswa yang sesungguhnya memiliki potensi belajar yang sangat baik akan tidak berkembang potensinya itu jika upaya yang dilakukan tidak tepat. Prestasi belajarnya akan berada jauh di bawah potensi yang dimiliki.

Sebagaimana yang sering terjadi pada kasus-kasus anak berbakat. Mereka sering dituduh sebagai anak nakal, pemalas, suka mengganggu, atau bahkan disebut anak bodoh. Sesungguhnya perilaku negative yang muncul dari anak berbakat itu lebih disebabkan oleh factor pembelajaran yang tidak mampu mengakomodasi kemampuan dan kebutuhan belajarnya. Tentunya itu sangat merugikan.

Sangat disayangkan bila kondisi ini terus terjadi. Jika terus terjadi makan kita akan banyak kehilangan generasi unggul. Kerugian besar bagi kita jika anak-anak berbakat ini tidak dapat mengaktualisasikan potensinya. Sebaliknya, apabila mereka mampu mengaktualisasikan potensinya maka bangsa ini akan memperoleh manfaat yang besar dari hasil-hasil karya mereka.

Oleh karena itu perlu dipikirkan suatu pembelajaran yang dapat mengakomodir kemampuan dan kebutuhan belajar anak-anak berbakat ini. Pembelajaran yang dilakukan tentunya harus tetap memperhaikan keberagaman kemampuan belajar. Maksudnya adalah pembelajaran bagi anak berbakat tetap dilakukan di sekolah-sekolah regular dalam setting inklusif.

Mengapa demikian? Karena semua anak, diantaranya anak berbakat, tetap harus belajar menghadapi keberagaman, nantinya pun ketika mereka selesai mengikuti pendidikan akan kembali kemasyarakat. Apabila mereka telah belajar tentang keberagaman maka ketika mereka kembali kemasyarakat diharapkan mampu menyikapi keberagaman yang ada di masyarakat dengan sikap-sikap yang baik sesuai dengan potensi yang mereka miliki.

B. Rancangan Pembelajaran Bagi Anak Berbakat (Gifted Child) Dalam Setting Inklusif

Rancangan pembelajaran ini didasari oleh konsep keberbakatan yang diungkapkan oleh Joseph S. Renzulli (1998), bahwa keberbakatan itu harus memenuhi tiga area, yaitu kecerdasan di atas rata-rata, memiliki kreatifitas, dan keterikatan terhadap tugas/motivasi. Dari konsep keberbakatan tersebut, maka pendidikan yang efektif bagi anak-anak berbakat harus memperhatikan, sekurang-kurangnya meliputi pemilihan konten materi, pendekatan pembelajaran, memberikan peluang pembelajaran yang mengacu pada kebutuhan belajar anak berbakat.

Untuk mewujudkan itu maka diperlukan langkah-langkah yang meliputi; identifikasi, asesmen, diferensiasi kurikulum (konten, proses, produk), dan strategi (materi, metode, penataan lingkungan, evaluasi).

1. Identifikasi

Guru melakukan observasi untuk menemukan siswa atau anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Hasil observasi dapat didukung oleh data nilai hasil ulangan/ujian, wawancara, dll.

Contoh indicator identifikasi dalam pelajaran matematika dan pelajaran sains:

Indicators of Mathematical Giftedness

_ Unusual curiosity about numbers and mathematical information

_ Ability to understand and apply ideas quickly

_ High ability to see patterns and think abstractly

_ Use of flexible and creative strategies and solutions

_ Ability to transfer a mathematical concept to an unfamiliar situation

_ Use of analytical, deductive, and inductive reasoning

_ Persistence in solving difficult and complex problems

(Holton & Gaffney, 1994; Miller, 1990)

Indicators of Scientific Giftedness

_ Strong curiosity about objects and environments

_ High interest in investigating scientific phenomena

_ Tendency to make observations and ask questions

_ Ability to make connections between scientific concepts and observed phenomena

_ Unusual ability to generate creative and valid explanations

_ Interest in collecting, sorting, and classifying objects

(Yager, 1989)

2. Asesmen

Asesmen dilakukan untuk mengetahui secara khusus materi pelajaran mana saja yang sudah dikuasai atau belum dikuasai.

3. Diferensiasi kurikulum

Diferensiasi kurikulum dapat meliputi isi/konten, proses, dan produk. Semua standar kompetensi dan kompetesni dasar dalam kurikulum yang berlaku saat ini dapat dianalisis melalui tiga area tersebut.

a. Konten

1) Modifikasi

Mengorganisasikan/menata kompetensi dasar yang dapat diberikan pengayaan. Contoh, kompetensi dasar Biologi kelas VIII: Dapat menjelaskan proses pernapasan pada manusia. Boleh diberikan pengayaan dengan materi reaksi biokimia yang terjadi pada saat pernapasan itu berlangsung.

2) Meringkas

Agar dapat meringkas kurikulum, langkah pertama dilakukan pretes untuk mengetahui materi/standar kompetensi-kompetensi dasar mana saja yang sudah dikuasai. Kedua, menghilangkan standar kompetensi-kompetensi dasar yang sudah dikuasai, dan ketiga mengganti standar kompetensi-komptensi dasar yang sudah dikuasai dengan standar kompetensi-kompetensi dasar yang belum dikuasai

b. Proses

1) Self-Directed Learning

Kurikulum memberikan peluang pada proses belajar mandiri. Oleh karena itu kurikulum disusun berdasarkan kesiapan belajar anak. Melalui proses ini diharapkan anak mampu belajar mandiri, diantaranya mampu memilih keputusan, membuat perencanaan, menyusun tujuan, menentukan sumber belajar, dan mengevaluasi sendiri.

2) Learning Centers

Kurikulum menjadi pusat proses belajar sehingga anak mampu memperoleh pengayaan dan penambahan berbagai hal ketika anak telah mampu menguasai standar kurikulum yang telah ditetapkan.

3) Problem-Based Learning

Kurilum harus menciptakan pembelajaran yang berbasis masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak-anak berbakat diharapkan dapat memberikan solusi atas permasalahan itu. Melalui pembelajaran seperti demikian maka akan mendorong anak-anak berbakat untuk memunculkan ide-ide yang original.

c. Produk

Hasi dari pencapai tujuan kurikulum dapat berupa produk pemikiran atau berwujud barang/benda kongkrit. Contoh di setiap akhir semester siswa memilih tugas projek untuk menghasilkan sesuatu. Tugas projek sesuai dengan minat masing-masing. Tugas projek ini ada yang tugas individu ada pula tugas kelompok.

4. Strategi

a. Materi

Pengembangan materi dapat mengikuti tahapan taksonomi Blooms (1956), yaitu mengetahui, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Tiga tahapan terakhir merupakan tahapan yang paling diharapkan lebih banyak muncul bagi anak berbakat (Smutny & Blocksom, 1990). Analisis di dalamnya terdapat kemampuan klasifikasi, komparasi, menjelaskan, investigasi, membuat kesimpulan. Sitesis akan mendorong anak untuk menggunakan ide dan pengetahuannya dalam menghasilkan kerja yang original, dan merancang atau merencanakan sesuatu. Kemampuan evaluasi dibutuhkan agar anak mampu melakukan interpretasi, verifikasi, kritis, menghubungkan, serta judgment ide dan inforasi.

b. Metode

Menentukan metode-metode pembelajaran yang menantang diantaranya discoveri, inquiry, dll

c. Penataan lingkungan

Lingkungan ditata sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan

d. Evaluasi

Memberikan berbagai evaluasi yang adil/objektif sehingga dapat mengungkap kemampuan dan keberhasilan pembelajaran serta dapat menentukan tindak lanjut yang dibutuhkan.

C. Kesimpulan

Pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi anak berbakat dalam setting kelas inklusif meliputi: identifikasi, asesmen, diferensiasi kurikulum (konten, proses, produk), dan strategi (materi, metode, penataan lingkungan, evaluasi).

Sumber bacaan:

Jennifer Stepanek. (199). The Inclusive Classroom Meeting the Needs of Gifted Students: Differentiating Mathematics and Science Instruction. USA: Northwest Regional Educational Laboratory

* Penulis (Iim Imandala) aktif sebagai pengajar SLB, memberikan ceramah dan pelatihan penanganan anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), menangani ABK, konsultan, Pokja Pend. Inklusif Jawa Barat, Anggota AGPLBI Jabar, tim asesmen, dan pendiri beberapa lembaga pendidikan



 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates